Penulis : Dr.dr.Martira Maddepungen,Sp.A(K)
Autism spectrum disorder (ASD) atau lazim disebut autisme adalah gangguan neurobehavior yang muncul pada awal kehidupan dan merupakan gangguan yang bersifat kronik yang berdampak pada keluarga baik secara emosional maupun secara finansial. Sering digambarkan sebagai anak yang hidup di dunianya sendiri .Frekuensi kejadian semakin meningkat dan seringkali orangtua terlambat menyadari bahwa anaknya mengalami gangguan autisme.
Siapa yang lebih rentan ?
Autisme lebih sering terjadi pada anak laki laki dibandingkan perempuan dengan rasio 4:1. dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Berdasarakan Center for Disease Control and Prevention(CDC) diperkirakan 1 diantara 59 anak teridentifikasi dengan autisme. Beberpa penelitian di Asia, Eropa dan Amerika Utara mengidentifikasi individu dengan autisme, dengan rata-rata prevalensi 1%-2%. Di Indonesia penelitian prevalensi autisme masih terbatas dan bervariasi. Pada tahun 2018 di Makassar telah dilakukan penelitian pada anak kelompok umur 18 bulan - 6 tahun didapatkan prevalensi 1,69 %. anak autisme
Apa penyebab ?
Penyebab belum diketahui dengan pasti, dan belum ada pemeriksaan diagnostik secara laboratorium. Diduga multifaktor yaitu genetik dan lingkungan mempunyai peranan yang penting. Meskipun yang mendasari terjadinya autisme adalah genetik, namun faktor lingkungan juga dapat memodulasi ekspresi phenotif gen sehingga terjadi gangguan ini. Kedua ini dapat mempengaruhi perkembangan dan maturasi otak pada masa kehamilan, saat kelahiran dan pasca kelahiran
Bagaimana gejala anak autisme ?
Beberapa tanda autisme mulai muncul sebelum usia 18 bulan , biasanya anak kurang respon saat dipanggil namanya. Pada kasus yang ringan biasanya diperhatikan saat usia 3 tahun. Autisme memberikan beragam gambaran gejala, ditandai dengan gangguan kualitas pada : 1. Interaksi sosial ; 2. Gangguan komunikasi; 3. Pola perilaku stereotipik, ritual atau berulang-ulang. Sering pula anak disertai respon yang tidak lazim terhadap rangsangan/stimuli, gangguan pencernaan, gangguan tidur, cemas, agresif dan perilaku melukai diri sendiri .Perilaku berulang-ulang dapat berupa melihat benda-benda yang berputar, senang menek-nekukkan jari, melihat orang dengan cara melirik, hand flappingRespon stimuli bisa hipersensitif atau hiposensitif : misal jika mendengar vacum cleaner mendadak marah, menjadi agresif dan bisa melukai diri sendiri dan orang lain.atau sebaliknya.
Tanda-tanda apa yang perlu diwaspadai ?
Jika mendapatkan tanda-tanda di bawah ini pada anak anda, segera berkonsultasi pada dokter anak anda untuk dievaluasi lebih lanjut Tak berespon jika dipanggil namanya, Menarik tangan orangtua/orang lain untuk menunjukkan sesuatu yang inginkan, Tidak tertarik berinteraksi dengan teman sebaya, atau menarik diri. Kontak mata kurang, Kesulitan memahami perasaan orang lain atau mengungkapkan persaannya sendiri, Permainannya terbatas dan kurang imaginasi Kurang/tidak dapat mencontoh kegiatan Tidak bisa bermain pura-pura Kesulitan mengekspresikan apa yang diinginkan Mengucapkan kata-kata yang tak jelas atau pengulangan kata-kata yang tidak mempunyai arti Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru Anak menunjukkan respon yangtidak lazim terhadap rangsangan berupa:bau, rasa, penglihatan, perabaan atau suara
Pengobatan
Pentingnya deteksi dini dan intervensi dini, meskipun sampai saat ini belum ada pengobatan yang baku dan disepakati, hal ini karena penyebab yang pasti belum diketahui. Rencana tatalaksana perlu realistis, menyesuaikan dengan kondisi, taraf kemampuan dan fasilitas yang tersedia.Tujuan pengobatan pada anak autisme ditujukan untuk memperbaiki/menghilangkan gejala klinis yang sangat mengganggu, meminimalkan perilaku yang berlebihan yang tidak bertujuan, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial, monitor kemajuan klinis, monitor efek samping obat bila diberikan dan intervensi yang diarahkan ke pendidikan kemudian Sangat penting peran orangtua agar mengenal dan memahami serta dapat melakukan hal-hal yang dapat mendukung kemajuan anaknya. Karena setiap anak autisme dapat memberikan gejala yang berbeda maka kategori terapi ditujukan pada gejala perilaku spesifik dan terapi disesuaikan dengan kondisi dan terapi yang tersedia. Pengobatan bersifat individual dapat kombinasi berupa obat dan atau terapi perilaku, terapi edukasi, complementary alternative medicine (CAM). Pemberian obat ditujukan untuk mengurangi masalah perilaku tantrum, iritabel, agresif, streotifik, konvulsif dan adanya penyakit komorbid. Untuk mendapatkan penanganan yang komprehensif, maka diperlukan kerjasama antar berbagai profesi yang terkait.(Promkes,2019)
Submitted by administrator on 2019-08-28 13:26:28