Pendahuluan
Uji latih - biasa juga disebut exercise testing - yang lazim dilakukan saat check up kesehatan ternyata tidak hanya bermanfaat untuk mendeteksi penyakit jantung. Uji latih juga memiliki kegunaan sangat besar untuk mencegah serangan penyakit jantung, evaluasi pengobatan jantung, hingga menentukan tingkat kebugaran seseorang.
Dengan melakukan uji latih, seseorang dapat menentukan latihan yang aman bagi jantungnya,Hanya saja, kebanyakan orang enggan melakukan uji latih jantung. Tak mengherankan jika kerap terdapat orang meninggal mendadak, misalnya saat bermain sepakbola dan kegiatan lainnya.
Tingkat kebugaran setiap orang memang berbeda-beda. Setiap usianya bertambah 10 tahun, biasanya tingkat kebugaran seseorang menurun 10 persen. Misalnya, seseorang yang berusia 40-50 tahun dinyatakan memiliki kebugaran bagus apabila bisa melewati 10 menit uji latih jantung. Dengan mengetahui tingkat kebugaran, ia diharapkan tidak melakukan latihan yang berat atau menjaga kondisi detak jantungnya dalam kisaran 60-75 persen.
"Angka tersebut dianggap sudah cukup bermanfaat bagi jantung maupun tubuhnya, sehingga ia tidak lagi memaksa kondisi tubuhnya hingga 100 persen saat berlatih. Nah, bagi penderita penyakit jantung, tes itu juga dapat digunakan untuk menentukan prognosis atau stratifikasi kemungkinan serangan jantung atau meninggal akibat penyakit jantung. Juga untuk mengevaluasi hasil pengobatan atau tindakan tertentu, mendeteksi kemungkinan ada tidaknya gangguan irama jantung, baik sebelum maupun setelah pengobatan atau tindakan, serta membuat program latihan fisik bagi penderita penyakit jantung .
Prosedur uji latih jantung
Uji latih jantung adalah suatu uji latihan fisik yang digunakan untuk mengukur fungsi kondisi kardiovaskuler dengan mendeteksi perobahan hemodinamik, iskemia dan gangguan irama jantung serta konduksinya yang dihubungkan dengan aktivitas saat latihan . Uji latih jantung merupakan suatu stres fisiologi yang dapat menimbulkan ketidak normalan kardiovaskuler yang tidak ditemukan saat istirahat. Makanya uji latih jantung dapat digunakan untuk mengevaluasi gejala yang timbul atau perubahan EKG akibat beraktivitas . Selama kerja fisik terjadi 3 efek utama yang timbul dalam pengaturan sirkulasi darah yaitu pertama pengeluaran rangsangan yang besar dari sistim saraf simpatis hingga denyut dan kekuatan pemompaan jantung menjadi meningkat, kedua kenaikan tekanan arteri karena sebagian besar arteriol pada sirkulasi perifer menjadi terkonstriksi kecuali sistim koroner dan serebral dan ketiga dinding vena akan berkontraksi hingga meningkatkan tekanan pengisian sistemik rata-rata .
Uji latih jantung harus dilaksanakan oleh tenaga yang terlatih dan punya dasar pengetahuan fisiologi latihan. American Heart Association Exercise Standard menyatakan bahwa uji latih jantung harus dilaksanakan di bawah pengawasan dokter yang layak melakukan uji latih dan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laboratorium latihan dilengkapi secara layak dan tenaganya benar-benar terlatih. Peralatan, obat-obatan dan tenaga ahli untuk resusitasi jantung pulmonal sudah harus tersedia
Meskipun uji latih jantung pada penderita dianggap aman, namun masih ada laporan terjadinya infark miokardium akut atau kematian yang diduga timbul pada saat uji latih jantung dilakukan. Resiko yang paling besar sering terjadi pada penderita post infark miokardium dan penderita dalam evaluasi aritmia ventrikel maligna
Walaupun ada berbagai protokol untuk melakukan tes ini, tidak satupun yang cocok untuk semua orang. Pada prinsipnya beban latihan dimulai dari yang biasa ditoleransi penderita dan dinaikkan secara bertahap serta cukup waktu untuk mencapai “steady state”. Hal ini penting guna memonitor keluhan seperti nyeri dada, pusing, kelelahan, kenaikan tekanan darah, frekwensi jantung dan perobahan EKG atau tercapainya target frekwensi jantung .
Ketika uji latih jantung dimulai, pengambilan O2 oleh paru dengan cepat meningkat. Kemudian setelah beberapa menit, pengambilan O2 biasanya relatif stabil ( steady state ) pada tiap tingkatan latihan. Selama masa steady state, frekwensi jantung, cardiac output, tekanan darah dan ventilasi paru dipertahankan pada level konstan
Indikasi Uji Latih Jantung
Uji latih jantung diindikasikan sebagai indikasi utama apabila untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan penyakit jantung koroner, menentukan kapasitas fungsional jantung, dan untuk mengevaluasi hasil pengobatan atau tindakan operasi untuk penyakit jantung koroner. Sedangkan indikasi lain adalah untuk menentukan lebih lanjut suatu aritmia, tujuan skrining untuk maksud tertentu seperti asuransi jiwa, rehabilitasi penderita penyakit jantung, untuk tujuan penelitian, menentukan kemungkinan penyebab keluhan seperti pusing, sering pingsan dll
Kontra indikasi Uji Latih Jantung
Uji latih jantung tidak bisa dilakukan apabila ada kontraindikasi dari kardiovaskuler seperti angina tak stabil, Aritmia yang serius, aorta stenosis berat, Gagal jantung berat, Miokarditis, perikarditis atau endokarditis aktif, AV blok derajat II dan III, Hipertensi tak terkontrol ( Sistole > 220 mmHg, diastole > 120 mmHg ), tromboflebitis akut dan kardiomiopati. Sedangkan kelainan nonkardiovaskuler yang dikontraindikasikan adalah infeksi aktif, gangguan emosi berat, penyakit metabolik tak terkontrol seperti tirotoksikosis, miksedema atau diabetes melitus, gangguan neuromuskuler, muskuloskletal atau gangguan sendi, dan gangguan sistemik lain yang menyebabkan latihan tidak bisa dilakukan dengan baik .
Efek Samping Uji Latih Jantung
Melakukan uji latih jantung juga dapat menimbulkan kejadian yang tidak kita harapkan. Efek samping yang terjadi pada jantung dapat berupa bradikardi, Sudden death ( ventricular tahycardia/fibrillation ), Infark miokardium, Gagal jantung dan Hipotensi dan syok. Diluar jantung efek sampingnya dapat berupa letih, pusing, lemah, pingsan dan badan terasa sakit-sakit yang kadang-kadang sampai beberapa hari. Disamping itu trauma muskuloskletal juga mungkin terjadi
Indikasi mengakihiri latihan
Selama latihan denyut jantung, tekanan darah dan frekwensi nafas selalu dimonitor. Pada beberapa kasus, uji latih jantung diakhiri ketika pasien mencapai denyut jantung 90% dari prediksi maksimum sesuai umur dan derajat latihan. Target denyut jantung yang didesain, bisa maksimum bagi beberapa subjek, melampaui batas atas atau submaksimum bagi yang lain. Uji dikatakan maksimum jika pasien memperlihatkan usaha maksimum yang sebenarnya ( titik dari kelelahan tubuh ) atau ketika titik akhir klinik yang lain tercapai. Latihan dihentikan bila ada indikasi absolut berupa Tekanan darah atau heart rate turun dengan naiknya work load, timbul keluhan nyeri dada, Timbul gejala sistim saraf pusat ( pusing, sinkop, ataxia ), Gangguan perfusi perifer ( sianosis, merah ), Aritmia berat dan Pasien minta untuk dihentikan. Indikasi relatif yang dapat dipertimbangkan untuk menghentikan latihan adalah ST segmen depresi nyata atau ST elevasi nyata ( > 2 mm ), Rasa tak enak di dada bertambah, sesak nafas, wizing atau klaudikasio intermiten, Supraventrikuler takikardi, Ventrikel ekstrasistole frekwens, atau multi fokal, Bundle branch block dan Hipertensi nyata ( Sistole > 220 mmHg, diastole > 110 mmHg )
Nilai diagnostik uji latih jantung
Uji latih jantung berguna untuk menegakkan diagnosa penyakit jantung koroner dengan melihat perubahan EKG pada saat uji latih sedang berjalan dibandingkan dengan ketika istirahat . Ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari uji latih jantung yaitu menentukan apakah sirkulasi koroner mampu menaikkan suplai oksigen ke miokardium dan menentukan kapasitas latihan untuk menilai kemampuan jantung menaikkan cardiac output .
Rangsangan simpatis yang timbul pada saat uji latih jantung akan meningkatkan frekwensi dan kontraksi jantung. Ini akan meningkatkan derajat metabolisme jantung dan menimbulkan dilatasi arteri koroner. Disini terlihat bahwa kenaikan frekwensi jantung dapat menunjukkan kebutuhan oksigen miokardium sehingga frekwensi jantung bisa digunakan sebagai parameter kebutuhan oksigen miokardium. Oleh karena itu diagnosa penyakit jantung koroner dapat secara tidak langsung diketahui dengan melihat kenaikan frekwensi jantung pada orang yang melakukan uji latih jantung .
Jantung mengambil sekitar 70 % oksigen dari tiap unit darah yang mengalir ke miokardium pada saat istirahat, sehingga praktis metabolisme miokardium keseluruhannya adalah aerobik . Pada orang normal dengan naiknya kebutuhan oksigen miokardium akan berakibat naiknya aliran darah koroner untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan pada penderita penyakit jantung koroner kenaikan tersebut tak bisa dicukupkan karena adanya gangguan pada pembuluh koroner. Ini menimbulkan iskemia miokardium dengan keluhan nyeri dada, perobahan EKG disfungsi ventrikel dan gangguan irama jantung .
Iskemia miokardium yang terjadi selama latihan timbul akibat berbagai faktor, misalnya afterload yang bertambah besar, fase diastolik yang memendek, mass sympathetic discharge, kebutuhan oksigen miokardium karena meningkatnya kontraksi otot jantung dan penyediaan oksigen miokardium yang tidak memadai hingga terjadi gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
Sebagai kesimpulan bahwa :
1. Uji latih jantung merupakan suatu uji latihan fisik yang digunakan untuk mengukur fungsi kondisi kardiovaskuler dengan mendeteksi perobahan hemodinamik, iskemia dan gangguan irama jantung serta konduksinya yang dihubungkan dengan aktivitas saat latihan.
2. Uji latih jantung terhadap penyakit jantung koroner bermanfaat untuk menentukan apakah sirkulasi koroner mampu menaikkan suplai oksigen ke miokardium.
(Promkes,2019)
Submitted by administrator on 2019-08-28 14:04:04