Penulis : Dr.dr.Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, MARS
Instalasi Pusat Jantung Terpadu, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Pendahuluan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di Negara yang sudah maju. Di Indonesia, kejadian PJK pada tahun-tahun terakhir ini juga cenderung meningkat . Hal ini erat hubungannya dengan peningkatan taraf hidup masyarakat serta perubahan pola makanan.
Penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner yang diawali dengan penimbunan lemak pada lapisan-lapisan pembuluh darah tersebut . Penyumbatan pembuluh darah koroner terjadi akibat adanya proses aterosklerosis (perkapuran), proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, akan tetapi baru manifes pada usia dewasa, pertengahan atau lanjut. Selain proses aterosklerosis, ada juga proses lain, yakni spasme (penyempitan) pembuluh darah koroner tanpa adanya kelainan anatomis, yang secara tersendiri atau bersama-sama memberikan gejala iskemia.
UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PJK
Karena kekerapan kejadian PJK di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat terus dan angka kematiannya cukup tinggi serta banyak didapatkan pada golongan urnur yang produktif (40-60 tahun), lagi pula pengobatannya masih cukup mahal, maka diperlukan upaya-upaya pencegahannya. Upaya-upaya pencegahan tersebut dibagi atas :
1. Pencegahan primer : yaitu mengendalikan FRK
2. Pencegahan sekunder : Yaitu mencegah timbulnya AP,IKA,IMA dan MM pada mereka yang sudah dikenal sebagai penderita PJK
Pencegahan primer adalah jauh lebih penting dari pada pencegahan sekunder, karena penurunan kekerapan PJK dengan 10% akan menurunkan pula angka kematian dengan 10% pula. Oleh sebab itu dalam makalah ini diutamakan dibahas beberapa pencegahan primer, yang bisa dicegah.
1. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
Menurut sarjana Cornfield setiap kenaikan 1% dari kadar kolesterol yang normal akan mengakibatkan kenaikan 2,7% resiko terjadap PJK. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan kadar kolesterol lebih tinggi dari 260 mg% mempunyai resiko terhadap PJK 3-4 kali lipat dari pada mereka dengan kadar dibawah 220 mg%. Urnur pun ikut berpengaruh, makin muda seseorang menderita hiperkolesterolemia makin besar pula kemungkinannya untuk menderita PJK.
Dalam upaya mencegah PJK maka penting sekali untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan diit terutama makanan yang rendah lemak, latihan Jasmani yang teratur disertai dengan penurunan berat badan. Kalau semua usaha ini tidak berhasil juga maka sebaiknya penderita berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan.
2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena selain angka kekerapannya yang cukup tinggi, juga dapat memperpendek umur penderita. Apalagi lebih dari setengah penderita yang tidak mengetahui bahwa dia sebenarnya menderita hipertensi.
Dari penderita-penderita hipertensi yang telah diketahui, hanya 25 % yang berobat dan itupun hanya setengahnya yang mendapat pengobatan yang cukup (adekwat). Makin tinggi tekanan darah makin besar pula resiko untuk PJK.
Penelitian Framingham Study, menyimpulkan pengaruh hipertensi terhadap PJK sebagai berikut : Pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik tidaklah berbeda; pengaruhnya pada wanita dan pria sama besarnya; makin lanjut umur makin besar pengaruhnya; dan hipertensi yang labilpun merupakan resiko terhadap PJK.
Berdasarkan hal-hal yang disebutkan diatas, maka sudah sepantasnya bila hipertensi itu perlu dicegah dan dikendalikan. Pencegahan dan pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : diit tanpa garam, penurunan berat badan, olah raga secara teratur (menurut petunjuk dokter) dan kalau perlu memakai obat-obatan dibawah pengawasan dokter.
3. Merokok
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata merokok sangat membahayakan kesehatan. Bukan hanya siperokok saja yang dirugikan kesehatannya, tetapi juga penghirup-penghirup rokok pasif disekitarnya. Hal ini disebabkan oleh komponen-komponen yang ada dalam rokok yang dapat berperan terhadap terjadinya atherosklerotik yaitu nikotine dan karbon monoksida.
Dikatakan dalam kepustakaan bahwa rokok sigaret yang paling berpengaruh atas terjadinya PJK, sedangkan pipa dan cerutu kurang pengaruhnya. Merokok akan menaikkan risiko PJK dengan 2-6 kali lipat, tergantung umur perokok dan jumlah rokok yang diisap.
Pada usia muda pengaruh rokok adalah lebih besar bila dibandingkan dengan usia lanjut. Merokok lebih dari 20 batang/hari menambah resiko 3-5 kali lipat, sedangkan merokok lebih dari 40 batang/hari resikonya menjadi 6,5 kali lipat.
Bagi mereka yang sudah terlanjut merokok, supaya berusaha untuk menghentikannya. Memang sukar untuk memulainya, narnun yang terpenting adalah kemauan untuk menghentikan kebiasaan yang sangat merugikan ini. Saat yang paling berat hanyalah minggu-minggu pertama, setelah 3-4 minggu keinginan untuk merokok akan hilang sama sekali. Dapat pula dicoba dengan menghentikannya secara berangsur-angsur dengan cara : mematikan / membuang sisa-sisa rokok sepanjang mungkin, menghindari isapan yang terlalu dalam, menghindari menaruh rokok tepat dibibir sambil bekerja, atau membatasi rokok tidak lebih dari 5 batang sehari.
4. Kencing Manis (Diabetes Melitus = DM)
Walaupun sudah lama diketahui hubungan yang kuat antara DM dan cepatnya terjadi proses arteriosklerotik, narnun mekanismenya yang tepat belum diketahui. Diduga kadar lemak (lipid) yang sering tinggi pada DM dan faktor kegernukan yang sering menyertai DM tipe II merupakan faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap hubungan tersebut.
Dari kepustakaan diketahui bahwa kejadian PJK pada DM jauh lebih tinggi dari pada non DM, dengan perbandingan 5 : I untuk Indonesia angka kejadian PJK pada DM berkisar antara 8,2 sampai dengan 24,1%, sedangkan untuk luar negeri sekitar 32,8-42%. Dikatakan bahwa makin tua umur dan makin lama menderita DM, makin besar pula kemungkinannya untuk mendapatkan PJK. Narnun demikian tidak jarang dijumpai tanda-tanda PJK pada penderita-penderita DM dengan umur muda.
Dengan mengendalikan DM atau dengan kata lain dengan mengobati DM secara teratur, dan berolah raga dengan terprogram, diharapkan kejadian PJK pada penderita DM dapat menurun.
5. Kegermukan
Kegernukan adalah keadaan tubuh dengan penimbunan lemak berlebihan dan menyeluruh. Kemajuan-kemajuan dibidang tehnologi dan kemakmuran ekonomi akan memudahkan terjadinya kegernukan. Hal ini disebabkan oleh karena kemajuan dibidang tehnologi mengakibatkan berkurangnya aktifitas sehingga keperluan kalori menjadi kurang. Di pihak lain akibat kemakmuran ekonomi maka makanan menjadi kaya kalori.
Pengaruh kegernukan terhadap kejadian PJK barulah jelas bila berat badan penderitya melebihi 20 % dari berat dana ideal. Namun mekanisme yang pasti belum diketahui dengan pasti. Menurut beberapa peneliti kegemukan bukanlah merupakan FRK yang penting bila tidak disertai FRK lainnya. Walaupun demikian sebaiknyalah setiap orang gemuk berusaha menurunkan berat badannya dengan jalan : diit membatasi kalori, olah raga yang teratur dan kalau perlu berkonsultasi dengan ahli gizi. Diit tanpa olah raga atau sebaliknya olah raga tanpa diit, tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan.
6. Stres dan kepribadian
Dari berbagai definisi/pengertian stres yang ada, oleh sarjana Lubsen (1982) mengatakan bahwa stres adalah sebagai reaksi-reaksi yang timbul pada seseorang bila orang tersebut tidak sanggup menyesuaikan diri dengan kejadian-kejadian dalam lingkungan tetapi juga oleh faktor kepribadian orang itu sendiri, sehingga stres merupakan resultante dari peristiwa dan kepribadian.
Friedman & Roseman membagi kepribadian manusia atas 2 tipe tipe A dan tipe B. Menurut penelitian, orang-orang dengan tipe A mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan PJK 3 – 4 kali lipat dari tipe B.
Kepribadian tipe A ini dibentuk paling sedikit oleh 3 sindroma kelakuan yaitu:
1. Pekerja-pekerja keras yang sangat memaksakan dirinya, biasanya terlibat dalam beberapa aktivitas dan rupa-rupanya menikmatinya.
2. Mereka dengan tekanan pekerjsaan besar, pemimpin-pemimpin politik, pejabat-pejabat tinggi, pengusaha-pengusaha besar dll.
3. Mereka yang agresif, penuh ambisi, hidup melebihi kapasitasnya.
Kepribadian tipe B adalah kebalikan dari tipe A, hidupnya lebih releks dan tenang.
Stres merupakan FRK yang sukar dicegah apalagi pada kepribadian tipe A, namun demikian dapatlah dicoba usaha-usaha sebagai berikut ini untuk menghindarinya : Janganlah selalu ngotot untuk “menang” dalam suatu pekerjaan; hubungan sosial maupun dalam suatu permainan; hindarilah bekerja terlalu keras, apalagi dengan pekerjaan sekaligus, dan jauhilah perasaan selalu dikejar-kejar waktu; jangan selalu menempatkan pekerjaan jauh lebih penting dari pada keluarga, teman atau hobi; jangan menilai diri sendiri dengan standar yang terlalu tinggi, tetapi berilah juga perhatian kepada mereka dengan status yang lebih rendah; dan perbiasakanlah duduk sejenak dengan santai serta sambutlah hari-hari libur dengan bertamasya gembira bersama keluarga.
7. Kurangnya Latihan Jasmani
Sebagai akibat dari kemajuan-kemajuan teknologi maka pekerjaan-pekerjaan manusia menjadi lebih ringan. Pekerjaan-pekerjaan yang tadinya harus dilakukan dengan aktifitas jasmani sudah diganti oleh mesin-mesin.
Dari penelitian-penelitian didapatkan bahwa prevalensi PJK lebih tinggi pada orang-orang yang kurang gerak badan. Penyelidikan-penyelidikan bahwa mereka yang tidak aktif bergerak badan, mempunyai kolateral-kolateral (jalan pintas) pembuluh darah koroner yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif, sehingga apabila mendapat serangan jantung (IMA) umumnya jarang yang dapat bertahan hidup.
Beberapa kegiatan olah raga yang menggembirakan dan dapat meningkatkan kesehatan fisik maupun mental adalah jalan cepat, jogging, bersepeda, tennis, badminton, berenang dan golf. Latihan-latihan hendaknya dilakukan paling kurang 30 menit dan sebanyak 3-5 kali seminggu. Program-program latihan jasmani yang digalakkan oleh Yayasan Jnatung Indonesia melalui Klub Jantung Sehat-nya sungguh sangat bermanfaat untuk pencegahan PJK.
Sebagai kesimpualan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di Negara yang sudah maju. Di Indonesia, kejadian PJK pada tahun-tahun terakhir ini juga cenderung meningkat . Hal ini erat hubungannya dengan peningkatan taraf hidup masyarakat serta perubahan pola makanan. Upaya-upaya pencegahan PJK lebih banyak ditujukan untuk menghindari dan mengendalikan FRK tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah upaya dengan : diit rendah garam dan lemak, menghindari atau menghentikan merokok, melakukan olah raga secara teratur, menurunkan berat badan bagi yang gemuk, menghindari faktor-faktor yang menyebabkan stres dan dengan obat-obatan dibawah pengawasan dokter ( Promkes,2019)
Submitted by administrator on 2019-08-27 15:22:08